Proses Booting pada Linux

Read more...

Proses Booting pada Linux

I. Pendahuluan

Sebagai pengguna linux, mungkin sebagian besar dari kita tidak perduli dengan apa yang terjadi ketika booting linux berlangsung. Padahal, di dalam booting kita bisa melihat tentang sistem linux yang kita gunakan, bisa mengubah password, backup dan restore database, dan sebagainya. Maka dari itu tutorial ini mencoba menjelaskan apa yang terjadi di dalam linux ketika peristiwa booting itu berlangsung.

II. Urutan Booting

Secara ringkas, urutan booting pada linux bisa dilihat pada gambar di bawah ini:

1. BIOS: Basic Input/Output System merupakan interface level paling bawah yang menghubungkan antara komputer dan periperalnya. BIOS melakukan pengecekan integritas memori dan mencari instruksi pada? Master Boot Record (MBR) yang terdapat pada floppy drive atau harddisk.

2. MBR menjalankan boot loader. Di linux, boot loader yang sering dipakai adalah LILO (Linux Loader) dan GRUB (GRand Unified Boot loader). Pada Red Hat dan Turunannya menggunakan GRUB sebagai boot loader.

3. LILO/GRUB akan membaca label sistem operasi yang kernelnya akan dijalankan. Pada boot loader inilah sistem operasi mulai dipanggil. Untuk mengkonfigurasi file grub, buka filenya di /boot/grub/grub.conf

4. Setelah itu, tanggung jawab untuk booting diserahkan ke kernel. Setelah itu, kernel akan menampilkan versi dari kernel yang dipergunakan, mengecek status SELinux, menegecek paritisi swap, mengecek memory, dan sebagainya.

5. Kernel yang dipanggil oleh bootloader kemudian menjalankan program init, yaitu proses yang menjadi dasar dari proses-proses yang lain. Ini dikenal dengan nama The First Process. Proses ini mengacu pada script yang ada di file /etc/rc.d/rc.sysinit.

6. Program init kemudian menentukan jenis runlevel yang terletak pada file /etc/inittab. Berdasarkan pada run-level, script kemudian menjalankan berbagai proses lain yang dibutuhkan oleh sistem sehingga sistem dapat berfungsi dan digunakan. Runlevel adalah suatu parameter yang mengatur servis yang akan dijalankan misalnya single user, reboot, shutdown, dan sebagainya. Program yang mengatur runlevel ini adalah init yang terletak pada direktori /etc/inittab. Ini adalah file di /etc/inittab:

Di file tersebut, dapat dilihat jenis-jenis runlevel. Ada 7 jenis runlevel yang bisa digunakan untuk berbagai macam keperluan yang selengkapnya dapat dilihat sebagai berikut:
0: sistem halt
1: Modus single user, untuk maintenance (backup/restore) dan perbaikan
2: Multi user tanpa dukungan jaringan
3: Multiuser dengan dukungan jaringan baerbasis console (text)
4: Tidak digunakan
5: Multiuser dengan dukungan jaringan berbasis grafis
6: reboot

Selanjutnya ada system initialization. Skrip ini berhubungan dengan setiap runlevel. Sebagai contoh, runlevel yang kita gunakan adalah runlevel 3, maka skrip yang digunakan untuk menjalankan runlevel ini ada di directory /etc/rc.d/rc3.d.

Selanjutnya di dalam file tersebut ada skrip seperti berikut:
id:3:initdefault:
pernyataan di atas menunjukkan bahwa ketika system booting, maka sistem akan menggunakan runlevel 3 yaitu system akan menggunakan konsol teks.

Selanjutnya ada skrip yang seperti dibawah ini:
# Trap CTRL-ALT-DELETE
ca::ctrlaltdel:/sbin/shutdown -t3 -r now
Ini menjelaskan bahwa setelah penekanan tpombol CTRL-ALT-DELETE, sistem akan tereboot setelah 3 detik.

Skrip selanjutnya berhubungan dengan penggunaan UPS (Uninterruptible Power Supply). Jika kita mempunyai UPS? yang terhubungkan dengan system kita dan listrik mati, maka UPS mengambil alih system kelistrikan system computer. Tetapi UPS hanya bisa menjalankan computer dalam batas waktu tertentu dan proses shutdown akan dimulai selama 2 menit dan memberitahukan pengguna sebagai berikut:
pf::powerfail:/sbin/shutdown -f -h +2 "Power Failure; System Shutting Down"
perintah ini tidak menjalankan fsck ketika reboot dan ketika mematikan system.
Jika listrik kembali menyala sebelum shutdown dieksekusi, maka perintah berikutnya untuk membatalkan shutdown:
pr:12345:powerokwait:/sbin/shutdown -c "Power Restored; Shutdown Cancelled"

Skrip selanjutnya menjelaskan tentang virtual consoles. Virtual consoles adalah baris perintah dimana kita bisa masuk ke system linux. Untuk membuat virtual console yang baru cukup tekan ALT+F2 sampai ALT+F6. Untuk mengkonfigurasi virtual console, maka kita cukup membuka file ini dan secara asal, di file ini hanya tersedia 6 virtual consoles. Kita bisa menambahkan sampai 12 virtual console di dalam system kita.

Skrip terakhir menunjukkan jika kita ingin merubah dari command teks ke GUI. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menekan CTRL+ALT+x, dimana x mewakili salah satu dari virtual consoles.

Jika semuanya berjalan normal, maka linux siap untuk proses booting.
Read more...

Laporan Routing

untuk download laporan routing dapat didownload disini.
Read more...

Laporan Praktek Netstat

untuk laporan dapat didownload disini.
Read more...

Cable tray,wiring closet dan conduit

Cable Tray

Dalam sistem kabel listrik bangunan, sistem cable tray digunakan untuk mendukung berisolasi kabel listrik yang digunakan untuk distribusi listrik dan komunikasi. Cable tray digunakan sebagai alternatif untuk membuka sistem kabel atau saluran listrik. Kabel tray biasanya digunakan untuk manajemen kabel dalam konstruksi komersial dan industri. Cable tray sangat berguna dimana perubahan ke sistem kabel diantisipasi, karena kabel baru dapat diinstal dengan meletakkan mereka dalam baki, bukan menarik mereka melalui pipa.

Read more...

Laporan Hasil Praktik Uji Koneksi

Untuk laporan hasil uji koneksi dapat di download disini.
Read more...

Variable Length Subnet Mask

Vlsm (Variable Length Subnet Mask) adalah pengembangan mekanisme subneting,
dimana dalam vlsm dilakukan peningkatan dari
kelemahan subneting klasik, yang mana dalam clasik
subneting, subnet zeroes, dan subnet- ones tidak bisa
digunakan. selain itu, dalam subnet classic, lokasi nomor
IP tidak efisien.


Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang
berbeda dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask.
Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat
berkomunikasi kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan networknya
dapat memenuhi persyaratan ;
1. Routing protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi
mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol :
RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya, bahan bacaan lanjut protocol routing :
CNAP 1-2),
2. Semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus mendukung
metode VLSM yang menggunakan algoritma penerus packet informasi.

contoh penerapan VLSM:
130.20.0.0/20
Kita hitung jumlah subnet terlebih dahulu menggunakan CIDR, maka
didapat
11111111.11111111.11110000.00000000 = /20
Jumlah angka binary 1 pada 2 oktat terakhir subnet adalah4 maka
Jumlah subnet = (2x) = 24 = 16
Maka blok tiap subnetnya adalah :
Blok subnet ke 1 = 130.20.0.0/20
Blok subnet ke 2 = 130.20.16.0/20
Blok subnet ke 3 = 130.20.32.0/20
Dst… sampai dengan
Blok subnet ke 16 = 130.20.240.0/20
Selanjutnya kita ambil nilai blok ke 3 dari hasil CIDR yaitu 130.20.32.0 kemudian :
- Kita pecah menjadi 16 blok subnet, dimana nilai16 diambil dari hasil
perhitungan
subnet pertama yaitu /20 = (2x) = 24 = 16
- Selanjutnya nilai subnet di ubah tergantung kebutuhan untuk pembahasan ini
kita
gunakan /24, maka didapat 130.20.32.0/24 kemudian diperbanyak menjadi 16
blok lagi sehingga didapat 16 blok baru yaitu :
Blok subnet VLSM 1-1 = 130.20.32.0/24
Blok subnet VLSM 1-2 = 130.20.33.0/24
Blok subnet VLSM 1-3 = 130.20.34.0/24
Blok subnet VLSM 1-4 = 130.20.35.0/24
Dst… sampai dengan
Blok subnet VLSM 1-16 = = 130.20.47/24
- Selanjutnya kita ambil kembali nilai ke 1 dari blok subnet VLSM 1-1 yaitu
130.20.32.0 kemudian kita pecah menjadi 16:2 = 8 blok subnet lagi, namun oktat
ke 4 pada Network ID yang kita ubah juga menjadi8 blok kelipatan dari 32
sehingga didapat :
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.32.0/27
Blok subnet VLSM 2-2 = 130.20.32.32/27
Blok subnet VLSM 2-3 = 130.20.33.64/27
Blok subnet VLSM 2-4 = 130.20.34.96/27
Blok subnet VLSM 2-5 = 130.20.35.128/27
Blok subnet VLSM 2-6 = 130.20.36.160/27
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.37.192/27
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.38.224/27

Read more...

Perencanaan Uji koneksi

untuk perencanaan dapat di download disini.
Read more...

PENGALAMATAN IP


1.Pendahuluan

IP address digunakan sebagai alamat dalam hubungan antar host di internet sehingga merupakan sebuah sistem komunikasi yang universal karena merupakan metode pengalamatan yang telah diterima di seluruh dunia. Dengan menentukan IP address berarti kita telah memberikan identitas yang universal bagi setiap interadce komputer. Jika suatu komputer memiliki lebih dari satu interface (misalkan menggunakan dua ethernet) maka kita harus memberi dua IP address untuk komputer tersebut masing-masing untuk setiap interfacenya.


2.Format IP Address

IP address terdiri dari bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda titik setiap 8 bitnya. Tiap 8 bit ini disebut sebagai oktet. Bentuk IP address dapat dituliskan sebagai berikut :

xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx

Jadi IP address ini mempunyai range dari 00000000.00000000.00000000. 00000000 sampai 11111111.11111111.11111111.11111111. Notasi IP address dengan bilangan biner seperti ini susah untuk digunakan, sehingga sering ditulis dalam 4 bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan oleh 4 buah titik yang lebih dikenal dengan "notasi desimal bertitik". Setiap bilangan desimal merupakan nilai dari satu oktet IP address. Contoh hubungan suatu IP address dalam format biner dan desimal :

Format IP Address



3.Pembagian Kelas IP Address

Jumlah IP address yang tersedia secara teoritis adalah 255x255x255x255 atau sekitar 4 milyar lebih yang harus dibagikan ke seluruh pengguna jaringan internet di seluruh dunia. Pembagian kelas-kelas ini ditujukan untuk mempermudah alokasi IP Address, baik untuk host/jaringan tertentu atau untuk keperluan tertentu.

IP Address dapat dipisahkan menjadi 2 bagian, yakni bagian network (net ID) dan bagian host (host ID). Net ID berperan dalam identifikasi suatu network dari network yang lain, sedangkan host ID berperan untuk identifikasi host dalam suatu network. Jadi, seluruh host yang tersambung dalam jaringan yang sama memiliki net ID yang sama. Sebagian dari bit-bit bagian awal dari IP Address merupakan network bit/network number, sedangkan sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian network dan host tidak tetap, bergantung kepada kelas network. IP address dibagi ke dalam lima kelas, yaitu kelas A, kelas B, kelas C, kelas D dan kelas E. Perbedaan tiap kelas adalah pada ukuran dan jumlahnya. Contohnya IP kelas A dipakai oleh sedikit jaringan namun jumlah host yang dapat ditampung oleh tiap jaringan sangat besar. Kelas D dan E tidak digunakan secara umum, kelas D digunakan bagi jaringan multicast dan kelas E untuk keprluan eksperimental. Perangkat lunak Internet Protocol menentukan pembagian jenis kelas ini dengan menguji beberapa bit pertama dari IP Address. Penentuan kelas ini dilakukan dengan cara berikut :

  • Bit pertama IP address kelas A adalah 0, dengan panjang net ID 8 bit dan panjang host ID 24 bit. Jadi byte pertama IP address kelas A mempunyai range dari 0-127. Jadi pada kelas A terdapat 127 network dengan tiap network dapat menampung sekitar 16 juta host (255x255x255). IP address kelas A diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang sangat besar, IP kelas ini dapat dilukiskan pada gambar berikut ini:

IP address kelas A

  • Dua bit IP address kelas B selalu diset 10 sehingga byte pertamanya selalu bernilai antara 128-191. Network ID adalah 16 bit pertama dan 16 bit sisanya adalah host ID sehingga kalau ada komputer mempunyai IP address 167.205.26.161, network ID = 167.205 dan host ID = 26.161. Pada. IP address kelas B ini mempunyai range IP dari 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx, yakni berjumlah 65.255 network dengan jumlah host tiap network 255 x 255 host atau sekitar 65 ribu host.

IP address kelas B

  • IP address kelas C mulanya digunakan untuk jaringan berukuran kecil seperti LAN. Tiga bit pertama IP address kelas C selalu diset 111. Network ID terdiri dari 24 bit dan host ID 8 bit sisanya sehingga dapat terbentuk sekitar 2 juta network dengan masing-masing network memiliki 256 host.


IP address kelas C

  • IP address kelas D digunakan untuk keperluan multicasting. 4 bit pertama IP address kelas D selalu diset 1110 sehingga byte pertamanya berkisar antara 224-247, sedangkan bit-bit berikutnya diatur sesuai keperluan multicast group yang menggunakan IP address ini. Dalam multicasting tidak dikenal istilah network ID dan host ID.
  • IP address kelas E tidak diperuntukkan untuk keperluan umum. 4 bit pertama IP address kelas ini diset 1111 sehingga byte pertamanya berkisar antara 248-255.

Sebagai tambahan dikenal juga istilah Network Prefix, yang digunakan untuk IP address yang menunjuk bagian jaringan.Penulisan network prefix adalah dengan tanda slash "/" yang diikuti angka yang menunjukkan panjang network prefix ini dalam bit. Misal untuk menunjuk satu network kelas B 167.205.xxx.xxx digunakan penulisan 167.205/16. Angka 16 ini merupakan panjang bit untuk network prefix kelas B.


4.Address Khusus

Selain address yang dipergunakan untuk pengenal host, ada beberapa jenis address yang digunakan untuk keperluan khusus dan tidak boleh digunakan untuk pengenal host. Address tersebut adalah:

Network Address. Address ini digunakan untuk mengenali suatu network pada jaringan Internet. Misalkan untuk host dengan IP Address kelas B 167.205.9.35. Tanpa memakai subnet (akan diterangkan kemudian), network
address dari host ini adalah 167.205.0.0. Address ini didapat dengan membuat seluruh bit host pada 2 segmen terakhir menjadi 0. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan informasi routing pada Internet. Router cukup melihat network address (167.205) untuk menentukan ke router mana datagram tersebut harus dikirimkan. Analoginya mirip dengan dalam proses pengantaran surat, petugas penyortir pada kantor pos cukup melihat kota tujuan pada alamat surat (tidak perlu membaca selutuh alamat) untuk menentukan jalur mana yang harus ditempuh surat tersebut.

Broadcast Address. Address ini digunakan untuk mengirim/menerima informasi yang harus diketahui oleh seluruh host yang ada pada suatu network. Seperti diketahui, setiap datagram IP memiliki header alamat tujuan berupa IP Address dari host yang akan dituju oleh datagram tersebut. Dengan adanya alamat ini, maka hanya host tujuan saja yang memproses datagram tersebut, sedangkan host lain akan mengabaikannya. Bagaimana jika suatu host ingin mengirim datagram kepada seluruh host yang ada pada networknya ? Tidak efisien jika ia harus membuat replikasi datagram sebanyak jumlah host tujuan. Pemakaian bandwidth akan meningkat dan beban kerja host pengirim bertambah, padahal isi datagram-datagram tersebut sama. Oleh karena itu, dibuat konsep broadcast address. Host cukup mengirim ke alamat broadcast, maka seluruh host yang ada pada network akan menerima datagram tersebut. Konsekuensinya, seluruh host pada network yang sama harus memiliki broadcast address yang sama dan address tersebut tidak boleh digunakan sebagai IP Address untuk host tertentu.

Jadi, sebenarnya setiap host memiliki 2 address untuk menerima datagram : pertama adalah IP Addressnya yang bersifat unik dan kedua adalah broadcast address pada network tempat host tersebut berada.

Broadcast address diperoleh dengan membuat bit-bit host pada IP Address menjadi 1. Jadi, untuk host dengan IP address 167.205.9.35 atau 167.205.240.2, broadcast
addressnya adalah 167.205.255.255 (2 segmen terakhir dari IP Address tersebut dibuat berharga 11111111.11111111, sehingga secara desimal terbaca 255.255). Jenis informasi yang dibroadcast biasanya adalah informasi routing.

Multicast Address. Kelas address A, B dan C adalah address yang digunakan untuk komunikasi antar host, yang menggunakan datagram-datagram unicast. Artinya, datagram/paket memiliki address tujuan berupa satu host tertentu. Hanya host yang memiliki IP address sama dengan destination address pada datagram yang akan menerima datagram tersebut, sedangkan host lain akan mengabaikannya. Jika datagram ditujukan untuk seluruh host pada suatu jaringan, maka field address tujuan ini akan berisi alamat broadcast dari jaringan yang bersangkutan. Dari dua mode pengiriman ini (unicast dan broadcast), muncul pula mode ke tiga. Diperlukan suatu mode khusus jika suatu host ingin berkomunikasi dengan beberapa host sekaligus (host group), dengan hanya mengirimkan satu datagram saja. Namun berbeda dengan mode broadcast, hanya host-host yang tergabung dalam suatu group saja yang akan menerima datagram ini, sedangkan host lain tidak akan terpengaruh. Oleh karena itu, dikenalkan konsep multicast. Pada konsep ini, setiap group yang menjalankan aplikasi bersama mendapatkan satu multicast
address. Struktur kelas multicast
address dapat dilihat pada Gambar berikut.

Struktur IP Address Kelas Multicast Address

Untuk keperluan multicast, sejumlah IP Address dialokasikan sebagai multicast
address. Jika struktur IP Address mengikuti bentuk 1110xxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx (bentuk desimal 224.0.0.0 sampai 239.255.255.255), maka IP Address merupakan multicast
address. Alokasi ini ditujukan untuk keperluan group, bukan untuk host seperti pada kelas A, B dan C. Anggota group adalah host-host yang ingin bergabung dalam group tersebut. Anggota ini juga tidak terbatas pada jaringan di satu subnet, namun bisa mencapai seluruh dunia. Karena menyerupai suatu backbone, maka jaringan muticast ini dikenal pula sebagai Multicast Backbone (Mbone).


5.Aturan Dasar Pemilihan network ID dan host ID

Berikut adalah aturan-aturan dasar dalam menentukan network ID dan host ID yang digunakan :

  • Network ID tidak boleh sama dengan 127

Network ID 127 secara default digunakan sebagai alamat loopback yakni IP address yang digunakan oleh suatu komputer untuk menunjuk dirinya sendiri.

  • Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 255

    Network ID atau host ID 255 akan diartikan sebagai alamat broadcast. ID ini merupakan alamat yang mewakili seluruh jaringan.

  • Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0

    IP address dengan host ID 0 diartikan sebagai alamat network. Alamat network digunakan untuk menunjuk suatu jaringn bukan suatu host.

    • Host ID harus unik dalam suatu network.

    Dalam suatu network tidak boleh ada dua host yang memiliki host ID yang sama.

6.Subnetting

Untuk beberapa alasan yang menyangkut efisiensi IP Address, mengatasi masalah topologi network dan organisasi, network administrator biasanya melakukan subnetting. Esensi dari subnetting adalah "memindahkan" garis pemisah antara bagian network dan bagian host dari suatu IP Address. Beberapa bit dari bagian host dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian network. Address satu network menurut struktur baku dipecah menjadi beberapa subnetwork. Cara ini menciptakan sejumlah network tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.

Subnetting juga dilakukan untuk mengatasi perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network. Router IP dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda hanya jika setiap network memiliki address network yang unik. Selain itu, dengan subnetting, seorang Network Administrator dapat mendelegasikan pengaturan host address seluruh departemen dari suatu perusahaan besar kepada setiap departemen, untuk memudahkannya dalam mengatur keseluruhan network.

Suatu subnet didefinisikan dengan mengimplementasikan masking bit (subnet mask ) kepada IP Address. Struktur subnet mask sama dengan struktur IP Address, yakni terdiri dari 32 bit yang dibagi atas 4 segmen. Bit-bit dari IP Address yang "ditutupi" (masking) oleh bit-bit subnet mask yang aktif dan bersesuaian akan diinterpretasikan sebagai network bit. Bit 1 pada subnet mask berarti mengaktifkan masking ( on ), sedangkan bit 0 tidak aktif ( off ). Sebagai contoh kasus, mari kita ambil satu IP Address kelas A dengan nomor 44.132.1.20. Ilustrasinya dapat dilihat Tabel berikut :

Subnetting 16 bit pada IP Address kelas A

Dengan aturan standard, nomor network IP Address ini adalah 44 dan nomor host adalah 132.1.20. Network tersebut dapat menampung maksimum lebih dari 16 juta host yang terhubung langsung. Misalkan pada address ini akan akan diimplementasikan subnet mask sebanyak 16 bit 255.255.0.0.( Hexa = FF.FF.00.00 atau Biner = 11111111.11111111.00000000.00000000 ). Perhatikan bahwa pada 16 bit pertama dari subnet mask tersebut berharga 1, sedangkan 16 bit berikutnya 0. Dengan demikian, 16 bit pertama dari suatu IP Address yang dikenakan subnet mask tersebut akan dianggap sebagai network bit. Nomor network akan berubah menjadi 44.132 dan nomor host menjadi 1.20. Kapasitas maksimum host yang langsung terhubung pada network menjadi sekitar 65 ribu host.

Subnet mask di atas identik dengan standard IP Address kelas B. Dengan menerapkan subnet mask tersebut pada satu network kelas A, dapat dibuat 256 network baru dengan kapasitas masing-masing subnet setara network kelas B. Penerapan subnet yang lebih jauh seperti 255.255.255.0 ( 24 bit ) pada kelas A akan menghasilkan jumlah network yang lebih besar ( lebih dari 65 ribu network ) dengan kapasitas masing-masing subnet sebesar 256 host. Network kelas C juga dapat dibagi-bagi lagi menjadi beberapa subnet dengan menerapkan subnet mask yang lebih tinggi seperti untuk 25 bit (255.255.255.128), 26 bit (255.255.255.192), 27 bit ( 255.255.255.224) dan seterusnya.

Subnetting dilakukan pada saat konfigurasi interface. Penerapan subnet mask pada IP Address akan mendefinisikan 2 buah address baru, yakni Network Address dan Broadcast Address. Network address didefinisikan dengan menset seluruh bit host berharga 0, sedangkan broadcast address dengan menset bit host berharga 1. Seperti yang telah dijelasakan pada bagian sebelumnya, network address adalah alamat network yang berguna pada informasi routing. Suatu host yang tidak perlu mengetahui address seluruh host yang ada pada network yang lain. Informasi yang dibutuhkannya hanyalah address dari network yang akan dihubungi serta gateway untuk mencapai network tersebut. Ilustrasi mengenai subnetting, network address dan broadcast address dapat dilihat pada Tabel di bawah. Dari tabel dapat disimpulkan bagaimana nomor network standard dari suatu IP Address diubah menjadi nomor subnet / subnet address melalui subnetting.


IP Address

Network Address Standard

Subnet Mask

Interpretasi

Broadcast Address

44.132.1.20

44.0.0.0

255.255.0.0

(16 bit)

Host 1.20 pada subnet 44.132.0.0

44.132.255.255

81.150.2.3

81.0.0.0

255.255.255.0 (24 bit)

Host 3 pada subnet 81.50.2.0

81.50.2.255

167.205.2.100

167.205.0.0

255.255.255.128 (25 bit)

Host 100 pada Subnet 167.205.2.0

167.205.2.127

167.205.2. 130

167.205.0.0

255.255.255.192 (26 bit)

Host 130 pada subnet 167.205.2.128

167.205.2.191

Beberapa kombinasi IP Address, Netmask dan network number


Subnetting hanya berlaku pada network lokal. Bagi network di luar network lokal, nomor network yang dikenali tetap nomor network standard menurut kelas IP Address.

Sumber : http://www.smknperkapalan.net/ebook/view.php?file=Meteri+VEDC/Semester+1/JaRkoM/Teori/Network/6-PENGALAMATAN+IP.doc

Read more...

Range Network

Range Network secara bahasa artinya adalah Jarak Jangkauan Jaringan. Jadi maksudnya range network adalah jarak jangkauan suatu jaringan komputer.

Adapun pengertian lain yaitu Range Network adalah ruang lingkup dari sebuah network yang terdiri atas tiga komponen, yaitu Network Address, Available Address/Usable Address, dan Broadcast Address.
Network Address dan Broadcast Address tidak dapat digunakan sebagai alamat pada host. Hal ini dikarenakan keduanya mewakili network secara keseluruhan dalam komunikasiya.

Network Address
Berfungsi : untuk mewakili network ketika “penerimaan” paket data. Apabila paket data dikirimkan ke alamat ini maka asumsinya paket data ini dikirimkan ke seluruh network, bukan hanya ke satu host saja.

Broadcast Address
Berfungsi : mewakili network ketika “pengiriman” paket data. Jika paket data dikirimkan dari alamat ini, host penerima akan mendeteksi bahwa pengirimnya bukan satu host, melainkan dari satu network.
Kedua alamat ini tidak dapat diberikan kepada host. Kalaupun dipaksakan untuk diberikan maka system akan menolak untuk menerapkannya.

Available Address adalah sekumpulan Alamat IP yang diterapkan sebagai alamat host.

RANGE NETWORK

Sebuah network dalam realisasinya terdiri atas tiga komponen alamat. Yaitu Network Address, Available Address/Useable Address, dan Broadcast Address. Network Address dan Broadcast Address tidak dapat digunakan sebagai alamat pada host. Hal ini dikarenakan keduanya mewakili network secara keseluruhan dalam komunikasinya. Network Addressmewakili network ketika penerimaan paket data. Apabila paket data dikirimkan ke alamat ini maka asumsinya paket data ini dikirimkan ke seluruh network, bukan hanya ke satu host saja. Adapun Broadcast Address mewakili network ketika pengiriman paket data. Jika paket data dikirimkan dari alamat ini, host penerima akan mendeteksi bahwa pengirimnya bukan satu host, melainkan dari satu network. Kedua alamat ini tidak dapat diberikan pada host (seperti ditulis pada sub bab sebelumnya mengenai address khusus). Kalaupun dipaksakan untuk diberikan maka system akan menolak untuk menerapkannya. AdapunAvaliable Address adalah sekumpulan Alamat IP yang dapat diterapkan sebagai alamat host.

Dalam penulisannya Alamat IP menggunakan Dotted Decimal, akan tetapi proses pada formulanya menggunakan system bilangan biner. Karenanya untuk dapat menyelesaikan formula network, sebelumnya dotted decimal harus dikonversikan ke biner pada setiap segmennya.

Untuk dapt menentukan kapasitas sebuah network, formula yang dapat digunakan adalah:

a. Network Address: “And”kan antara Alamat IP dengan bit dari masking yang digunakan.

b. Broadcast Address: [Segmen yang mengandung bit host (0) pada Network + jumlah host] -1.

· Network address merupakan angka yang didapat dari formula sebelumnya

· Jumlah host didapat dari perpangkatan dua untuk bit host pada masking.

Contoh untuk masking:

255.255.255.0 (dotted decimal) jika dikonversikan pada binary, akan menjadi 11111111.11111111.11111111.00000000, disana terlihat jumlah bit host (angka ‘0”) angka sejumlah 8 buah maka jumlah host pada network yang bersangkutan adalah =256 Alamat IP untuk host.

c. Available Address dimulai dari satu alamat IP setelah network address sampai satu address sebelum broadcast address

Contoh Kasus:

Untuk menentukan range network dari alamat IP 10.10.10.1 masking 255.255.255.0 adalah:

Sebelumnya konversikan dulu dotted decimal menjadi binary:

Alamat IP 10.10.10.1 = 00001010.00001010.00001010.00000001

Masking 255.255.255.0 = 11111111.11111111.11111111.00000000

· Network Address

00001010.00001010.00001010.00000001

11111111.11111111.11111111.00000000 and

00001010.00001010.00001010.00000000

Hasil binary diatas apabila dikonversi ke dotted decimal, akan menjadi 10.10.10.0 jadi netwaork addressnya adalah 10.1010.0

· Broadcast Address

[0 +) – 1 = [0 + 256) – 1 = 255

Jadi broadcast addressnya adalah 10.10.10.255.

· Available Address = 10.10.10.1 s/d 10.10.10.254

Sehingga sebuah network setelah menjalani proses subneting akan menjadi beberapa subnetwork yang range-nya lebih kecil.

Subneting dilakukan dengan beberapa alas an, diantaranya:

1) Menghemat penggunaan alamat IP, terutama public.

2) Mengurangi tingkat kongesti (kemacetan) komunikasi data didalam jaringan.

3) Mengatasi perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network

4) Memecah Broadcast Domain.

Adapun proses dari subneting dapat dilakukan dengan cara memindahkan atau menggeser garis pemisah antara bagian network dan bagian host dari suatu alamat IP (yang difungsikan oleh masking). Beberapa bit dari bagian host-ID dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian network-ID.Network Address pada satu jaringan tunggal dipecah menjadi beberapa subnetwork tentunya dengan range yang lebih kecil.

Proses subneting dapat membuat sejumlah network tambahan dengan mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut sehingga akan menjadikan beberapa host yang tadinya berada dalam satu network, bias jadi setela dilakukan proses subneting akan menjadi berbeda network sehingga untuk mengkoneksikannya diperlukan bantuandari fungsi router. Penyelesaian yang menghendaki proses subneting dapat dilakukan dengan beberapa lagkah.

Contoh:

Network 222.168.0.0/24 dapat didefinisikan mempunyai range network mulai dari 222.168.0.0 s/d 222.168.0.255, dengan available address sebanyak 254 buah.

d. Tentukan range network awal.

e. Tentukan range network setiap subnetwork (dengan menentukan masking untuk tiap subnetwork, ditentukan dengan cara dengan n adalah jumlah bit host).

f. Urutkan prioritas pemberian alokasi alamat IP dari subnetwork yang range-nya lebih luas.

g. Berikan alokasi alamat IP berdasarkan prioritas

Dari netwo;rk di atas Network 222.168.0.0/24 apabila akan dibagi menjadi 4 subnetwork maka untuk menentukan range network untuk setiap subnetwork dapat diselesaikan dengan solusi:

· Menentukan range setiaip subnetwork: [256]/4 = 64

· Jadi panjang setiap subnetwork adalah 64 alamat IP, atau dapat menggunakan masking /26.

· Tentukan range setiap subnetwork.

· Subnetwork 1. 222.168.0.0/26 – 222.168.0.63/26

· Subnetwork 2. 222.168.0.64/26 – 222.168.0.127/26

· Subnetwork 3. 222.168.0.128/26 – 222.168.0.191/26

· Subnetwork 4. 222.168.0.192/26 – 222.168.0.255/26

Untuk lebih jelas lagi, contoh kedua adalah proses subneting yan menginginkan subnetwork dengan lingkup 9range) ny bervariasi antara satu subnetwork dengan subnetwork lainnya.

Contohnya dari network 192.168.0.0/24 akan dibuat distribusi alamat untuk beberapa subnetwork dengan rincian sebagai berikut.

Network a. terdiri atas 5 pc

Network b. terdiri atas 15 pc

Network c. terdiri atas 25 pc

Network d. terdiri atas 35 pc

Solusi untuk menentukan range setiap subnetwork

· Tentukan identitas/range network awal:

/24 = 256 alamat IP (192.168.0.0 – 192.168.0.255)

· Tentukan range network setiap subnetwork (dengan cara menentukan masking untuk tiap subnetwork, ditentukan dengan cara , dengan n adalah bit host

· Network a. terdiri atas 5pc 5+2=7 (jumlah pc+2 (network address dan broadcast address)) dibulatkan ke perpangkatan 2 selanjutnya, yaitu 8 (masking = /29).

· Network b. terdiri atas 15pc 15+2=17 (jumlah pc+2 (network address dan broadcast address)) dibulatkan ke perpangkatan 2 selanjutnya, yaitu 32 (masking = /27).

· Network c. terdiri atas 25pc 25+2=27 (jumlah pc+2 (network address dan broadcast address)) dibulatkan ke perpangkatan 2 selanjutnya, yaitu 32 (masking = /29).

· Network a. terdiri atas 35pc 35+2=37 (jumlah pc+2 (network address dan broadcast address)) dibulatkan ke perpangkatan 2 selanjutnya, yaitu 64 (masking = /26).

Urutkan prioritas pemberian alokasi Alamat IP dari subnetwork yang range-nya lebih luas urutan subnetwork:D- C- B- A.

· Subnetwork D:222.168.0.0/26 – 222.168.0.63/26

· Subnetwork C:222.168.0.64/27 – 222.168.0.95/26

· Subnetwork B:222.168.0.96/26 – 222.168.0.127/26

· Subnetwork A:222.168.0.128/26 – 222.168.0.191/26

Alamat IP yang belum teralokasikan: 222.168.0.192 sampai dengan 222.168.0.255. Alamat IP yang belum teralokasikan ini dapat disubnetingkan lagi, dengan syarat range subnetwork yang dibuat selanjutnya tidak lebih besar dari subnetwork terkecil sebelumnya.


Sumber:"Teknik Komputer dan Jaringan"

"http://samzgithu.blogspot.com"


Read more...